Rupiah Melemah, Bambang Haryo : Ini Berbahaya

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email

Jakarta – Pelemahan rupiah terhadap dollar amerika saat ini sangat membahayakan terhadap ekonomi domestik di Indonesia dan bisa menghancurkan sektor riil, karena hampir semua industri dan perdagangan menggunakan bahan baku yang bergantung kepada nilai mata uang asing. Demikian hal itu disampaikan, Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono

Dikatakan anggota komisi VI DPR-RI periode 2014-2019, seharusnya ini menjadi adalah tugas dari Kementerian Bidang Ekonomi untuk mengembalikan stabilitas nilai dollar yang saat ini terpuruk jauh melebihi dari nilai mata uang lainnya.

“Jadi tidak tepat ada kata – kata dari pejabat pemerintah yang mengatakan keterpurukan rupiah terhadap dollar masih jauh lebih baik daripada mata uang lainnya diseluruh dunia” Imbuh Bambang Haryo yang juga ketua Dewan Penasehat Iperindo pusat, Sabtu (21/10)

Sebagai contoh, lanjut pemilik sapaan akrab BHS, kurs dollar terhadap mata uang rupiah di 2009 sebesar 9.114 rupiah, di 2023 sebesar 15.879 rupiah berarti terdepresiasi hanya 74 %. Sedangkan negara lain di Asia Tenggara misalnya ;
– Malaysia, kurs dollar terhadap ringgit di 2009 sebesar 3,4 ringgit, di 2023 sebesar 4,77 ringgit berarti terdepresiasi hanya 40%.

Kemudian lanjut BHS, Filiphina, kurs dollar terhadap mata uang peso di 2009 sebesar 48,2 peso, di 2023 sebesar 56,78 peso berarti terdepresiasi hanya 17%
– Dan mata uang Thailand, kurs dollar terhadap baht di 2009 sebesar 35,9 baht sedangkan di 2023 sebesar 36,35 baht sehingga terdepresiasi hanya sebesar 1,25 %.

Sedangkan Vietnam, kata ketua Komtap Infrastruktur KADIN, kurs dollar terhadap mata uang dong di 2009 sebesar 24.525 dong, di 2023 sebesar 18.500 dong sehingga hanya terdepresiasi sebesar 32,5%.

“Ini bisa dibuktikan dengan data yang benar bahwa keterpurukan rupiah adalah yang terbesar dibanding dengan nilai mata uang lainnya terhadap dollar Amerika”Ujar BHS

Apalagi ada kata-kata ketidak pastian pasar keuangan global, apa benar itu?? Tanya BHS

Bila kita lihat di ke-4 negara tersebut, Malaysia di tahun 2022 tumbuh ekonominya sebesar 8,7% bahkan di 2023 kuartal 1 masih tumbuh 5,6%. Filiphina di tahun 2022 tumbuh sebesar 7,2% dan di 2023 kuartal 1 masih tumbuh 6,4%.

“Sudahlah, dari data disini kita harus fokus pembenahan perekonomian Indonesia tanpa membandingkan kejelekan dari negara lain yg tidak sesuai dengan data dan fakta” imbuh BHS

Alumni ITS Surabaya ini berharap sektor riil bisa lebih diperhatikan terutama UMKM yang memberikan sumbangsih ekonomi terbesar di Indonesia sebesar 60,5% dan bisa memberikan lapangan pekerjaan sebesar 97% agar mendapatkan insentif – insentif dari pemerintah mulai dari perpajakan, bunga bank dan permodalan, agar mereka bisa eksis, tumbuh berkembang dan bahkan meningkatkan kelasnya.

“Demikain juga sektor pangan, pertanian, perikanan dan perkebunan juga harus mendapatkan perhatian dan insentif yg sama dengan UMKM dan juga semua infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah sesuai skala prioritas dan bisa betul – betul dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga bisa memberikan nilai tambah ekonomi bagi bangsa dan negara” tutup BHS

Berita Terkait

Scroll to Top